Sekolah kedinasan jadi pns dengan gaya militer taruna/taruni masihkah relevan dan diperlukan saat ini ? tulisan ini memberikan gambaran tentang perlunya penyesuaian lingkungan pemerintahan dengan perubahan yang terjadi
Perkembangan teknologi semakin pesat hingga merambah dilingkungan pemerintahan. Penerapan e-government dengan kemajuan teknologi mesti dilakukan untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien
Table of Contents
Pola pelayanan pemerintahan saat ini tidak bisa menggunakan gaya pelayanan lama konvensional. Dimana Masyarakat harus datang dan antri ke kantor pemerintahan bertemu dengan pegawai yang memakai seragam lengkap dengan atribut simbol dan kepangkatannya yang kaku di meja pelayanan
Saat ini, gaya hidup Masyarakat telah berubah demikian pula dengan pola pikirnya. Masyarakat membutuhkan pelayanan pemerintahan yang lebih fleksibel, lebih egalititer dan dapat akses pemerintahan darimana saja serta kapan saja
Penerapan teknologi di pemerintahan tidak hanya berdampak pada pelayanan yang lebih baik namun juga berdampak pada efisiensi pegawai. Ini semua karena telah terotomatisasi dalam sistem teknologi komputer
Sekolah Kedinasan jadi PNS dengan Gaya Militer
Sekolah kedinasan dengan pola Pendidikan semi militer perlu berbenah menyesuiakan dengan perubahan zaman
Simbol-simbol militer yang menonjolkan seragam dan atribut pangkat perlu disesuaikan begitula dengan sistem pendidikannya. Karena lulusan sekolah kedinasan nantinya akan menjadi PNS yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Bukan menjadi prajurit tempur yang siap diterjunkan ke garis depan
Sistem Pendidikan semi militer di sekolah kedinasan ASN juga membentuk sikap senioritas di lingkungan pegawai pemerintahan. Ini sesuatu yang berlawanan dengan sistem merit (meritokrasi) yang mengutamakan kualifikasi, kompetensi, prestasi dan terbuka
Penerapan sistem merit dilingkungan pemerintahan akan menimbulkan kreativitas bagi ASN. Dengan munculnya kreativitas dan inovasi yang akan berdampak pada pelayanan publik yang akan semakin baik.
Sebaliknya senioritas menjadikan kreativitas mandul, karena semuanya bergantung pada para senior. Bahkan akan terbentuk sistem paternalistik yang menjadikan senior raja kecil dalam instansi pemerintah
Sekolah kedinasan gaya militer tidak hanya berdampak pada internal instansi. Tetapi juga secara langsung akan berdampak ke luar instansi yaitu ke masyarakat.
Seragam ASN dengan atribut ala militer ditambah lagi dengan pelayanan kaku dan kurang ramah akan menjadikan masyarakat “malas” untuk berhubungan dengan kantor pemerintahan. Padahal masyarakat yang seharusnya di layani bukan sebaliknya
Disiplin yang Kaku
Ada anggapan yang perlu dikoreksi bersama tentang sikap disiplin terutama dilingkungan ASN. Tidak sedikit ASN yang beranggapan bahwa sikap disiplin itu adalah datang tepat waktu dan pulang pun tepat waktu, memakai seragam dengan atributnya dan melakukan apel tiap pagi
Lalu, ada pertanyaan apakah sikap “disiplin” seperti itu memiliki dampak positif terhadap Masyarakat ? ataukah hanya untuk seremonial
Disiplin seperti itu mungkin hanya sesuai untuk ASN dengan jabatan tertentu. Seperti jabatan yang ada kaitannya dengan disiplin aparat seperti satpol pp, polisi kehutanan, polisi pariwisata dan sejenisnya
Disiplin adalah sikap bertanggung jawab dan patuh pada nilai-nilai yang dipercaya serta dapat membagi waktu dan memilah sesuatu yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak dikerjakan
Penerapan teknologi di pemerintahan dapat mengubah pemikiran tentang sikap disiplin yang kaku menjadi fleksibel. Pemanfaatan teknologi menjadikan PNS disiplin dalam tugasnya. Bahkan PNS dapat bekerja dari rumah dengan produktivitas yang terukur tanpa perlu mengejar jam masuk ke kantor hanya untuk absen
Masihkah Relevan dan Diperlukan ?
Sekolah kedinasan pada awalnya dibentuk untuk menghasilkan aparatur yang kompeten dan terampil dalam bidang-bidang yang diperlukan dalam administrasi pemerintahan atau instansi lainnya
Pada prakteknya sekolah kedinasan mirip seperti akademi militer dengan berbagai simbol dan atribut layaknya taruna militer dengan kebanggaan letting senior-junior.
Bahkan dalam beberapa kasus berakibat fatal dengan jatuh korban pada siswa di sekolah kedinasan yang seharusnya kelak menjadi aparatur inovatif yang berhubungan dengan masyarakat bukan berhadapan dengan tantara negara lain
Sistem Pendidikan yang masih menggunakan gaya seperti itu akan terbawa bagi para alumninya ketika mereka memasuki dunia kerja di lingkungan pemerintah. Secara tidak langsung akan memengaruhi budaya organisasi tempat kerja dengan sistem senioritas dan paternalistik
Suatu sistem yang bertolak belakang dengan sistem merit yang digaungkan oleh para akademisi dan birokrat pembaharu yang menjungjung semangat pembaharuan untuk menciptakan good governance
Boleh dikata, sekolah kedinasan saat ini sudah tidak diperlukan. Bahkan tidak relevan lagi karena untuk menghasilkan ASN yang kompeten dan terampil dapat diperoleh melalui seleksi terbuka CPNS
Rekrutmen pegawai CPNS dilakukan secara terbuka untuk menjaring bibit-bibit unggulan yang dapat diikuti oleh semua WNI yang memenuhi syarat
Sekolah kedinasan sebaiknya dikembalikan ke Menristekdikti dengan menjadikannya Lembaga Pendidikan semacam politeknik. Pada sekolah kedinasan dapat membuka jurusan tertentu yang tidak ada di universitas lain misalnya jurusan intelejen, jurusan pelayaran, pawang gajah, manajemen kebun binatang dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan teknis ASN
Jika sekolah kedinasan telah berada di bawah menrisktekdikti maka para alumninya dapat mengikuti seleksi CPNS secara umum sama seperti warga negara Indonesia lainnya.
Jika Instansi membutuhkan tenaga pegawai tertentu dapat melakukan seleksi langsung ke sekolah kedinasan seperti halnya yang dilakukan oleh Perusahaan swasta yang melakukan seleksi langsung calon karyawan ke kampus-kampus dan politeknik.